Selasa, 05 Mei 2015

Manusia dan Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta “dhra” artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa  yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.

            Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.Menurut agama, penderitaan adalah teguran dari Tuhan sebagai bagian dari kehidupan.
Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan lahir maupun batin (psikis), seperti kebimbangan, kesepian, ketakutan. Siksaan (penyiksaan) merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban.
Siksaan berupa psikis :
o   Kebimbangan: tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan dipilih.
o   Kesepian: rasa sepi yang dia alami pada jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
o   Ketakutan: sesuatu yang tidak dinginkan dan dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Rasa takut yang terus berkembang tidak pada tempatnya disebut sebagai Phobia.
Penyebab seseorang merasakan ketakutan, antara lain:
Ø  Claustrophobia dan agrophobia: rasa takut terhadap ruangan tertutup.
Ø  Gamang: rasa takut akan tempat yang tinggi.
Ø  Kegelapan: rasa takut bila seseorang berada di tempat gelap.
Ø  Kesakitan: ketakuan akan rasa sakit yang akan dialami.
Ø  Kegagalan: merasa bahwa sesuatu yang dijalani akan mengalami kegagalan.
Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.
Gejala-gejala awal kekalutan mental :
a.      Jasmani: sering pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
b.      Kejiwaan: penuh rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.

Ø  Selalu iri hati dan curiga, dihinggapi khayalan, sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
Ø  Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social.
Ø  Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri ( orang-orang melankolis).
Ø  Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
Sebab Timbulnya Kekalutan Mental :
v  Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
v  Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya perbedaan norma dalam masyarakat.
v  Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan social.

Proses – proses kekalutan mental :
ü  Positif, bila luka jiwa yang dialami seseorang disikapi dengan mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya dan mendekatkan diri pada Tuhan.
ü  Negatif, bila luka jiwa yang dialami seseorang tidak dapat dihilangkan dan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan.
Bentuk fustasi antara lain :
Ø  Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi Hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
Ø  Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan.
Ø  Fiksasi adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu.
Ø  Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain.
Ø  Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
Ø  Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain.
Ø  Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan dan Perjuangan

Penderitaan bersifat kodrati, jadi bergantung kepada manusianya sendiri, untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia harus bersikap optimis dan berusaha mengatasi kesulitan hidupnya.
Allah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11 “Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya”.
Kita harus berjuang menghadapi tantangan dan terus meminta lindungan pada Allah. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan namun yang Tuhan-lah yang yang menentukan hasilnya.
Penderitaan, media massa, dan seniman

Media massa merupakan alat penyampaian kepada masyarakat tentang penderitaan yang sedang dialami sesama. Hal ini dilakukan agar manusia dapat menentukan sikap terhadap sesama manusia dan menunjukkan rasa simpatinya. Salah satunya dengan menggunakan cara para seniman, yaitu seni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar