Jumat, 22 September 2017

Review Perusahaan Kudo Teknologi Indonesia


KUDO (singkatan dari Kios Untuk Dagang Online) adalah sebuah perusahaan teknologi yang menciptakan sebuah platform yang memberikan peluang kepada masyarakat Indonesia untuk memiliki peluang usaha dengan menjadi penjual produk dari berbagai usahawan ternama.

Sejarah
KUDO didirikan oleh Albert Lucius dan Agung Nugroho pada bulan Juli 2014. Mereka adalah dua orang lulusan Haas Business of School, UC Berkeley. Albert selaku CEO (Chief Executive Officer) pernah bekerja di Apple sebagai Spesialis Antarmuka selama dua tahun sejak 2010. Sedangkan Agung Nugroho selaku COO (Chief Operating Officer) berpengalaman selama kurang lebih empat tahun di perusahaan The Boston Consulting Group.

Latar belakang berdirinya KUDO adalah karena masih ada rakyat Indonesia yang memiliki keterbatasan akses internet, rekening bank, dan kartu kredit sehingga belum bisa merasakan pengalaman berbelanja daring. Melihat adanya kesenjangan antara perdagangan daring dan luring ini muncul ide untuk mendirikan suatu platform untuk menghubungkan antara usahawan daring dengan para pelanggan luring melalui jaringan agen.

Selama 2 tahun berdiri, KUDO telah berhasil memberdayakan lebih dari 250.000 wirausaha digital dengan menjadi agen KUDO yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia Melalui KUDO, mereka bisa memperoleh  penghasilan tambahan dengan menjual jutaan variasi produk yang telah tersedia di aplikasi KUDO kepada para pelanggan.

Berawal dari hanya 21 karyawan, di tahun 2016 KUDO telah berkembang menjadi sebuah perusahaan teknologi dengan lebih dari 350 karyawan. Pada bulan September 2016, Sukan Makmuri, seorang veteran di Silicon Valley selama lebih dari 20 tahun dan CEO KasKus, bergabung sebagai CTO (Chief Technology Officer) dan melengkapi jajaran C-level KUDO.

KUDO telah menjalin kerjasama dengan beberapa mitra bisnis. Dalam sektor e-commerce, KUDO bekerjasama dengan Bukalapak, Lazada, Elevenia, Berrybenka, Hijabenka, Muslimarket, Sociolla, Lakupon, dan Pesona Nusantara.

KUDO telah menjalin kerjasama dengan Bank BTPN dalam mewujudkan inisiasi rencana strategis bersama. Momentum penandatanganan kerjasama ini dilaksanakan dalam International Fintech Festival and Conference 2016 pada bulan Agustus 2016 dan disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo beserta jajaran menterinya.

Melalui strategi yang dijalankan, KUDO berkomitmen untuk terus memberdayakan wirausaha digital Indonesia hingga mencapai lebih dari 1.000.000 agen di seluruh wilayah Indonesia.


Jenis produk
Di aplikasi KUDO tersedia jutaan produk yang bisa diperdagangkan oleh agen KUDO. Bukan hanya produk rumah tangga, elektronik, fashion maupun kosmetik, dan produk online lainnya, KUDO juga menyediakan jasa transaksi pulsa, pembeian voucher game, pembelian asuransi, pembayaran tagihan (PLN, PAM, cicilan motor) dan pemesanan tiket (kereta, pesawat).

Model Bisnis
Kudo bisa dibilang pionir dalam bisnis O20 di Indonesia. Startup ini telah memiliki 300 ribu agen yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah konsumen mencapai 1,6 juta. Perusahaan itu menargetkan punya 1 juta agen di tahun 2018 nanti. Baca juga: Perkuat Bisnis Online to Offline, Kudo Kejar 1 Juta Agen Kudo menarik komisi dari para merchant atau perusahaan e-commerce yang produknya terpampang di aplikasi Kudo. Komisi ini dibagi juga kepada para agen yang sukses menjual produk dalam katalog Kudo kepada para konsumen yang melakukan transaksi O2O.


Agen Kudo
KUDO merangkul siapa saja masyarakat Indonesia yang bersedia menjadi agen. Mereka cukup mendaftarkan diri melalui aplikasi KUDO di Google Play Store atau melalui website kudo. Setelah akun diverifikasi, agen KUDO diharapkan melakukan pengisian saldo pertama minimum sebesar Rp.10.000,- untuk dapat langsung berjualan.

Agen KUDO akan mendapatkan akses ke jutaan produk dan layanan yang dapat diperdagangkan melalui aplikasi KUDO. Agen akan berkesempatan mendapatkan komisi yang menarik. Semua transaksi tercatat dan dapat dilihat dengan mudah di aplikasi KUDO. Hal ini untuk memudahkan para agen untuk mengembangkan bisnis mereka.


Sumber: [1] [2]