in english:
"Taman sari (jogjakarta)"
One of the cultural heritage palace which is still maintained its continuity is the palace of Jogjakarta. Various buildings and knick-perniknya palace can still be seen up to now, although not as solid as when first built. Taman Sari is one part of the newly restored palace, as a place pemandaian the Sultan of Yogyakarta. Taman Sari or Pasiraman Binangun Bannerman built in 1758 or in the lane I or Prince Mangkubumi. This building is a combination of European Baroque style of 18th century with the Ottoman, and the architecture of Mongolia. Taman Sari architectural concept can be found in the luxurious gardens of the Baroque to the Portuguese tradition, which for example can still be found in Portugal. Since this is one of the historic work of one engineer Portugal, the Portuguese Government is willing to fund the renovation of Taman Sari Rp 1.6 billion and the remainder of the total funds needed to Rp 2.5 billion for the renovation comes from the budget (Budget and Expenditure area). Takes approximately 6 months to restore the garden, and after Sunday (22 / 8) night was inaugurated by Sri Sultan Hamengku Buwana X and Dr.Jose Blanco. Rehabilitation conducted jointly by the Calouste Gulbenkian Foundation, Sultan Palace, Center for Environmental Studies Gadjah Mada University, Yogyakarta Heritage Society (JHS) and the Institute for Preservation of Archaeological Heritage.
To enter the park area this essence through the back roads, because roads have been closed by the front of the house residents. When we entered the gate already seen some guides who are ready to accompany us to wander throughout the area of Taman Sari. According to the story of this place once used by Sultan HB I, who have concubines 20 people to rest and relax. A pool that is not too wide approximately 12 x 30 meters and a depth of about 1-2 meters with a variety of uniquely shaped ornaments give the impression of an ancient and mystical of this building. Still the environment around the park we will see an alley that is the story of this hall is a connecting corridor that ended at the beach around Parang Parang Kusumo Tritis. It is said that the kings of Yogyakarta is always associated with the Queen of the South Sea Coast (Nyi Roro Kidul) and through this tunnel they have a meeting with the queen of the South. But the alley is now closed because it was old age and fear of misuse. On one side of the entrance hallway there is a circular building used as a mosque by the citizens of the palace. The building of this mosque is very unique because it was a circle and two-story with a door that resembles a window on each floor. In the midst of the circle there are 5 steps to the second floor that symbolizes pillars of Islam. Under the stairs there is a well named wells gemuling used as a purification ritual, but now the well has been closed because it was feared to endanger the visitors. since the age of the building is very old walls attached on either side of a lot more that have been peeled. In addition to historical factors, this place is also very popular as a wedding photo (pre-wedding).
Other baths still can we meet the rest of the building where the sultan's banquet which is located adjacent to Taman Sari and passageway to the South Seas. The building is located is highest among the other buildings, especially if we go up keatasnya, visible with a clear view of the city of Yogyakarta. If the sky looks bright peak of Merapi to the top of the kecokelat green-brown. But this building has been very severe damage, other than because of old age, without using cement adhesive material at all so the less powerful. Visible around some huts that make bad because the scenery is less irregular and less kept clean. In the future we certainly are looking forward to Taman Sari, which is one of the world's 100 most endangered sites (Most Endangedered Sites 2004) can be maintained continuity.
in indonesian:
“Taman sari (jogjakarta)”
Salah satu warisan budaya keraton yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya adalah keraton Jogjakarta. Berbagai bangunan keraton dan pernak-perniknya masih bisa kita lihat sampai sekarang, walaupun tidak sekokoh waktu pertama kali dibangun. Taman Sari adalah salah satu bagian keraton yang baru saja dipugar, sebagai tempat pemandaian para Sultan Jogja. Taman Sari atau Pasiraman Umbul Binangun dibangun pada tahun 1758 atau pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi. Bangunan ini merupakan kombinasi antara gaya Barok Eropa Abad 18 dengan Ottoman, serta arsitektur Mongolia. Konsep arsitektur Taman Sari ini dapat dijumpai pada taman-taman mewah Baroque dengan tradisi Portugis, yang contohnya masih dapat ditemukan di Portugal. Karena ini merupakan salah satu karya bersejarah dari salah seorang Insinyur Portugal, maka Pemerintah Portugal bersedia mendanai renovasi Taman Sari ini sebesar Rp 1,6 milliar dan sisanya dari dana total yang dibutuhkan Rp 2,5 milliar untuk renovasi berasal dari APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ). Kurang lebih memerlukan waktu 6 bulan untuk memugar taman ini, setelah Minggu ( 22/8 ) malam diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X dan Dr.Jose Blanco. Rehabilitasi dilakukan atas kerjasama Yayasan Calouste Gulbenkian, Keraton Yogyakarta, Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, Jogjakarta Heritage Society (JHS) dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.
Untuk memasuki wilayah Taman sari ini melalui jalan belakang, karena jalan dari depan sudah ditutup oleh rumah penduduk. Ketika kita memasuki pintu gerbang sudah terlihat beberapa orang guide yang siap mendampingi kita untuk berkeliling-keliling keseluruh wilayah Taman Sari. Menurut cerita tempat ini dulu dipakai oleh Sultan HB I yang mempunyai selir 20 orang untuk beristirahat dan rileks. Sebuah kolam yang tidak terlalu lebar kurang lebih berukuran 12 x 30 meter dan kedalaman sekitar 1-2 meter dengan berbagai hiasan yang berbentuk unik menambah kesan kuno dan mistis dari bangunan ini. Masih disekitar lingkungan taman kita akan menengok sebuah lorong yang menurut cerita lorong ini merupakan lorong penghubung yang berakhir di Pantai Parang Kusumo di sekitar Parang Tritis. Konon raja-raja Jogja selalu berhubungan dengan Ratu Pantai Laut Selatan ( Nyi Roro Kidul ) dan melalui lorong inilah mereka melakukan pertemuan dengan Sang ratu Kidul. Namun lorong tersebut sekarang sudah ditutup karena sudah berumur tua dan takut disalahgunakan. Di salah satu sisi arah masuk lorong tersebut terdapat sebuah bangunan yang berbentuk lingkaran yang dipergunakan sebagai masjid oleh warga keraton. Bangunan masjid ini sangat unik karena berbentuk lingkaran dan berlantai dua dengan pintu yang menyerupai jendela di tiap lantai. Ditengah-tengah lingkaran terdapat 5 anak tangga menuju lantai dua yang melambangkan rukun Islam. Dibawah tangga tersebut terdapat sebuah sumur yang bernama sumur gemuling yang digunakan sebagai tempat berwudhu, namun sekarang sumur tersebut sudah ditutup karena dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung. karena umur bangunan yang sudah sangat tua tembok-tembok yang menempel di kanan kiri banyak banyak yang sudah mengelupas. Selain faktor sejarah, tempat ini juga sangat terkenal sebagai tempat foto undangan pernikahan ( pre wedding ).
Pemandian lain masih dapat kita temui yaitu sisa bangunan tempat jamuan makan sultan yang terletak berdampingan dengan Taman Sari dan Lorong ke Laut Selatan. Bangunan tersebut terletak paling tinggi diantara bangunan yang lain, apalagi kalau kita naik keatasnya, terlihat pemandangan kota Jogja dengan jelas. Kalau langit cerah Puncak Merapi terlihat hijau dengan puncak yang kecokelat-cokelatan. Namun bangunan ini kerusakannya sudah sangat parah, selain karena umur yang sudah tua, bahan perekatnya tanpa memakai semen sama sekali sehingga kurang kuat. Nampak disekitarnya beberapa gubug yang menjadikan pemandangan kurang enak karena tidak teratur dan kurang dijaga kebersihannya. Kedepan tentu kita sangat mengharapkan Taman Sari yang merupakan salah satu 100 situs dunia yang paling terancam ( Most Endangedered Sites 2004 ) dapat terus terjaga kelestariannya.
"Taman sari (jogjakarta)"
One of the cultural heritage palace which is still maintained its continuity is the palace of Jogjakarta. Various buildings and knick-perniknya palace can still be seen up to now, although not as solid as when first built. Taman Sari is one part of the newly restored palace, as a place pemandaian the Sultan of Yogyakarta. Taman Sari or Pasiraman Binangun Bannerman built in 1758 or in the lane I or Prince Mangkubumi. This building is a combination of European Baroque style of 18th century with the Ottoman, and the architecture of Mongolia. Taman Sari architectural concept can be found in the luxurious gardens of the Baroque to the Portuguese tradition, which for example can still be found in Portugal. Since this is one of the historic work of one engineer Portugal, the Portuguese Government is willing to fund the renovation of Taman Sari Rp 1.6 billion and the remainder of the total funds needed to Rp 2.5 billion for the renovation comes from the budget (Budget and Expenditure area). Takes approximately 6 months to restore the garden, and after Sunday (22 / 8) night was inaugurated by Sri Sultan Hamengku Buwana X and Dr.Jose Blanco. Rehabilitation conducted jointly by the Calouste Gulbenkian Foundation, Sultan Palace, Center for Environmental Studies Gadjah Mada University, Yogyakarta Heritage Society (JHS) and the Institute for Preservation of Archaeological Heritage.
To enter the park area this essence through the back roads, because roads have been closed by the front of the house residents. When we entered the gate already seen some guides who are ready to accompany us to wander throughout the area of Taman Sari. According to the story of this place once used by Sultan HB I, who have concubines 20 people to rest and relax. A pool that is not too wide approximately 12 x 30 meters and a depth of about 1-2 meters with a variety of uniquely shaped ornaments give the impression of an ancient and mystical of this building. Still the environment around the park we will see an alley that is the story of this hall is a connecting corridor that ended at the beach around Parang Parang Kusumo Tritis. It is said that the kings of Yogyakarta is always associated with the Queen of the South Sea Coast (Nyi Roro Kidul) and through this tunnel they have a meeting with the queen of the South. But the alley is now closed because it was old age and fear of misuse. On one side of the entrance hallway there is a circular building used as a mosque by the citizens of the palace. The building of this mosque is very unique because it was a circle and two-story with a door that resembles a window on each floor. In the midst of the circle there are 5 steps to the second floor that symbolizes pillars of Islam. Under the stairs there is a well named wells gemuling used as a purification ritual, but now the well has been closed because it was feared to endanger the visitors. since the age of the building is very old walls attached on either side of a lot more that have been peeled. In addition to historical factors, this place is also very popular as a wedding photo (pre-wedding).
Other baths still can we meet the rest of the building where the sultan's banquet which is located adjacent to Taman Sari and passageway to the South Seas. The building is located is highest among the other buildings, especially if we go up keatasnya, visible with a clear view of the city of Yogyakarta. If the sky looks bright peak of Merapi to the top of the kecokelat green-brown. But this building has been very severe damage, other than because of old age, without using cement adhesive material at all so the less powerful. Visible around some huts that make bad because the scenery is less irregular and less kept clean. In the future we certainly are looking forward to Taman Sari, which is one of the world's 100 most endangered sites (Most Endangedered Sites 2004) can be maintained continuity.
in indonesian:
“Taman sari (jogjakarta)”
Salah satu warisan budaya keraton yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya adalah keraton Jogjakarta. Berbagai bangunan keraton dan pernak-perniknya masih bisa kita lihat sampai sekarang, walaupun tidak sekokoh waktu pertama kali dibangun. Taman Sari adalah salah satu bagian keraton yang baru saja dipugar, sebagai tempat pemandaian para Sultan Jogja. Taman Sari atau Pasiraman Umbul Binangun dibangun pada tahun 1758 atau pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi. Bangunan ini merupakan kombinasi antara gaya Barok Eropa Abad 18 dengan Ottoman, serta arsitektur Mongolia. Konsep arsitektur Taman Sari ini dapat dijumpai pada taman-taman mewah Baroque dengan tradisi Portugis, yang contohnya masih dapat ditemukan di Portugal. Karena ini merupakan salah satu karya bersejarah dari salah seorang Insinyur Portugal, maka Pemerintah Portugal bersedia mendanai renovasi Taman Sari ini sebesar Rp 1,6 milliar dan sisanya dari dana total yang dibutuhkan Rp 2,5 milliar untuk renovasi berasal dari APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ). Kurang lebih memerlukan waktu 6 bulan untuk memugar taman ini, setelah Minggu ( 22/8 ) malam diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X dan Dr.Jose Blanco. Rehabilitasi dilakukan atas kerjasama Yayasan Calouste Gulbenkian, Keraton Yogyakarta, Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, Jogjakarta Heritage Society (JHS) dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.
Untuk memasuki wilayah Taman sari ini melalui jalan belakang, karena jalan dari depan sudah ditutup oleh rumah penduduk. Ketika kita memasuki pintu gerbang sudah terlihat beberapa orang guide yang siap mendampingi kita untuk berkeliling-keliling keseluruh wilayah Taman Sari. Menurut cerita tempat ini dulu dipakai oleh Sultan HB I yang mempunyai selir 20 orang untuk beristirahat dan rileks. Sebuah kolam yang tidak terlalu lebar kurang lebih berukuran 12 x 30 meter dan kedalaman sekitar 1-2 meter dengan berbagai hiasan yang berbentuk unik menambah kesan kuno dan mistis dari bangunan ini. Masih disekitar lingkungan taman kita akan menengok sebuah lorong yang menurut cerita lorong ini merupakan lorong penghubung yang berakhir di Pantai Parang Kusumo di sekitar Parang Tritis. Konon raja-raja Jogja selalu berhubungan dengan Ratu Pantai Laut Selatan ( Nyi Roro Kidul ) dan melalui lorong inilah mereka melakukan pertemuan dengan Sang ratu Kidul. Namun lorong tersebut sekarang sudah ditutup karena sudah berumur tua dan takut disalahgunakan. Di salah satu sisi arah masuk lorong tersebut terdapat sebuah bangunan yang berbentuk lingkaran yang dipergunakan sebagai masjid oleh warga keraton. Bangunan masjid ini sangat unik karena berbentuk lingkaran dan berlantai dua dengan pintu yang menyerupai jendela di tiap lantai. Ditengah-tengah lingkaran terdapat 5 anak tangga menuju lantai dua yang melambangkan rukun Islam. Dibawah tangga tersebut terdapat sebuah sumur yang bernama sumur gemuling yang digunakan sebagai tempat berwudhu, namun sekarang sumur tersebut sudah ditutup karena dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung. karena umur bangunan yang sudah sangat tua tembok-tembok yang menempel di kanan kiri banyak banyak yang sudah mengelupas. Selain faktor sejarah, tempat ini juga sangat terkenal sebagai tempat foto undangan pernikahan ( pre wedding ).
Pemandian lain masih dapat kita temui yaitu sisa bangunan tempat jamuan makan sultan yang terletak berdampingan dengan Taman Sari dan Lorong ke Laut Selatan. Bangunan tersebut terletak paling tinggi diantara bangunan yang lain, apalagi kalau kita naik keatasnya, terlihat pemandangan kota Jogja dengan jelas. Kalau langit cerah Puncak Merapi terlihat hijau dengan puncak yang kecokelat-cokelatan. Namun bangunan ini kerusakannya sudah sangat parah, selain karena umur yang sudah tua, bahan perekatnya tanpa memakai semen sama sekali sehingga kurang kuat. Nampak disekitarnya beberapa gubug yang menjadikan pemandangan kurang enak karena tidak teratur dan kurang dijaga kebersihannya. Kedepan tentu kita sangat mengharapkan Taman Sari yang merupakan salah satu 100 situs dunia yang paling terancam ( Most Endangedered Sites 2004 ) dapat terus terjaga kelestariannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar